AHLAN WA SAHLAN

anda nyasar digubuk kami? jangan sungkan silahkan masuk dulu.

Rabu, 24 Juni 2009

PERANAN ULAMA

Umat yang tidak dibimbing oleh ulama akan menjadi umat yang tersesat. Mereka dapat terjerumus oleh godaan setan ke lembah kehidupan yang hina. Oleh karrena itulah, betapa pentingnya kehadiran seorang ulama di tengah-tengah masyarakat. Apalagi kita hidup di zaman dan di ruang dunia yang sedang didominasi oleh ideologi buatan manusia, yakni sekularisme-kapitalisme. Ideologi yang menelorkan peraturan buatan manusia ini, dan menjauhkan manusia dari hukum-hukum aturan Allah SWT. Ideologi yang menggiring manusia kepada penuhanan materi keduniawian, dan ideologi yang mengorbankan keluhuran budi demi memuja kecenderungan kepada ketamakan harta. Kegelapan jalan hidup jahiliyah yang sudah dihapuskan Rasulullah 15 abad yang lalu, kini muncul kembali.
Oleh karena itu, sangat diperlukan sekali hari ini, munculnya para ulama yang tampil mengambil peranan untuk menyelamatkan umat manusia. Kenapa mesti para ulama? Peranan apa yang harus dilakukan oleh para ulama? Tulisan ini mencoba menguraikannya.

Kedudukan para ulama

Para ulama adalah seumpama lampu yang terang menerangi jalan yang gelap gulita, membimbing dan menunjukkan jalan yang benar, menjadi wakil Allah diatas bumi ini. Ulama adalah lambang iman dan harapan umat, memeberikan petunjuk dan menyelamatkan manusia dari segala bencana. Tentang hal ini Rasulullah bersabda:
إِنَّ مَثَلَ الْعُلَمَاءِ فِي اْلأَرْضِ كَمَثَلِ النُّجُوْمِ فِي السَّمَاءِ يَهْتَدِيْ بِهَا فِيْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّوَالْبَحْرِ فَإِذَا طَمِسَتِ النُّجُوْمُ اَوْشَكَ اَنْ تَضِلَّ الْهُدَاةُ
“Seumpama ulama di bumi adalah seperti bintang-bintang di langit yang memberi petunjuk di dalam kegelapan bumi dan laut. Apabila dia terbenam maka jalan akan kabur”. (HR Imam Ahmad)

Dalam hadits yang lain juga diriwayatkan:
وَأَنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ حَتَّى الْحِيْتَانَ فِي الْماَءِ وَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلىَ الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلىَ سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ.
“Seluruh mahluk yang ada di langit dan di bumi, bahkan ikan-ikan di dalam air semuanya beristighfar untuk para ulama. Sesungguhnya kedudukan seorang alim sama mulianya dengan bulan di tengah-tengah bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi”. (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Seorang sahabat pernah bertanya kepada Nabi tentang kelebihan dan kemuliaan seorang alim dibandingkan dengan para ahli ibadah. Maka nabi saw bersabda:
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِيْ عَلَى اَدْنَاكُمْ اِنَّ اللهَ وَ مَلاَئِكَتَهُ وَاَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَ النَّمْلَةِ فِيْ جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوْتَ فِي الْمَاءِ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
“Kelebihan dan kemuliaan seorang alim dibandingkan seorang ahli ibadah adalah seperti kelebihan dan kemuliaanku atas orang-orang yang paling bawah diantaramu. Sesungguhnya Allah dan para malaikat dan penghuni langit dan bumi, bahkan semut di dalam lobangnya dan ikan-ikan didalam lautan, seluruhnya mendoakan kebaikan untuk orang alim yang selalu mengerjakan kebaikan bagi sesama manusia”. (HR Tirmidzi).

Betapa tinggi dan mulia kedudukan seorang ulama yang disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah saw. di atas. Jelaslah, ulama bukanlah tukang doa yang menjadi pemanis berbagai acara dan perhelatan yang diadakan oleh para pejabat dan orang-orang kaya. Mereka adalah para pewaris Nabi yang mengemban misi kenabian, memberikan pencerahan kepada manusia tentang risalah Allah SWT yang dibawa, diperjuangkan, dan dilaksanakan oleh Rasulullah saw. sepanjang sejarah perjalanan kehidupan kenabian beliau saw.

Peranan ulama?

Ya, para ulama yang mulia itu adalah para ulama yang mengerti kedudukannya sebagai pemimpin umat yang berjuang di jalan Allah, berani menyatakan yang hak itu hak, dan yang batil itu batil, serta senantiasa memberikan nasehat kepada para penguasa. Mereka selalu tabah dan sabar menghadapi segala macam tantangan dan halangan, demi memperjuangkan kepentingan umat dan tegaknya syariah Islam di muka bumi.
Ulama yang berhati bersih, jujur dan teguh dalam pendirian adalah ulama yang selalu percaya dengan sabda nabi yang berbunyi:
مَنْ رَأَى سُلْطَاناً جَائِرًا مُسْتَحِلاًّ لِحُرْمِ اللهِ نَاكِثًا لِعَهْدِ اللهِ مُخَالِفًا لِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ يَعْمَلُ فِي عِبَادِ الله ِباِْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَلَمْ يُغَيِّرْ بِقَوْلٍ وَلاَفِعْلٍ كَانَ حَقًّا عَلىَ اللهِ اَنْ يُدْخِلَهُ مَدْخَلَهُ
“Barang siapa yang melihat sultan yang zalim dengan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, melanggar janji Allah dan menyalahi sunnah rasulnya, berbuat kejam dan aniaya terhadap hamba-hamba Allah dengan sewenang-wenang, dan orangitu tidak mencegahnya baik dengan lisan ataupun perbuatannya, maka sudalah patut orang itu menempati tempat yang telah disediakan oleh Allah baginya (sulthan yang zalim)”.
Ulama selalu beramal dengan menegakkan yang wajib ditegakkan dan melarang yang wajib dilarang. Mereka tidak menyembunyikan kebenaran syari’at karena mereka percaya dengan firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua mahluk yang dapat melaknat”. QS 2: 159

Dalam surat ‘Ali Imran: 187 Allah berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. (QS.Ali Imran 187).

Hari ini, ketika Islam dijauhkan dari kaum muslimin, ketika syariah Islam ditelantarkan oleh para penguasa muslim di seluruh dunia, ketika sekularisme dan berbagai paham asing dari Islam justru bagai gurita melilit dan mndominasi umat Islam ini, ketika umat ini mengalami berbagai kerusakan pemikiran, perasaan, dan kebribadian, maka para ulama pewaris ilmu dan jiwa perjuangan para Nabi itu sudah selayaknya keluar dari tempat berdzikir dan wiridan mereka untuk berjuang melakukan perbaikan bahkan perubahan. Ulama wajib tampil menjelaskan kembali bagaimana sunnah Rasulullah saw. dalam berbagai aspek kehidupan, ibadah, akhlak, ekonomi, pendidikan, politik dalam negeri, keamananan, keuangan, juga politik luar negeri, pengaturan militer dan jihad fi sabilillah. Rasulullah saw. diriwayatkan pernah bersabda:
مَنْ أَحْيَا سُنَّتِيْ عِنْدَ فَسَادِ أُمَّتِيْ لَهُ مِئَاةُ شَهِيْدٍ
“Siapa saja yang menghidupkan sunnahku pada saat rusaknya umatku, dia akan mendapatkan pahala 100 orang mati syahid”.

Ulama yang memiliki ilmu warisan rasulullah saw. dalam kondisi seperti hari ini tidak boleh diam. Ulama harus menjelaskan kepada umat, apakah hakikat pemilu menurut Islam, apakah hakikat kepala negara menurut syariah Islam, apakah hakikat pengaturan negara menurut syariat Islam. Apa saja tugas negara dalam memelihara urusan umat? Apa hakikat partai poltik menurut syariat islam, apa saja tugas mereka menurut syariat islam? Demikian juga apa hakikat lembaga perwakilan (Majelis Umat) menurut syariat Islam, apa pula fungsi dan peranannya? Dengan demikian majelis-mejelis taklim harus dipenuhi dengan penjelasan-penjelasan yang syar’I, tidak tendensius untuk kemenangan partai kontestan pemilu tertentu, tapi untuk kepentingan menegakkan kejayaan Islam dan kemenangan kaum muslimin. Kalau ulama tidak menjelaskan, mereka pasti dalam kebingungan dan kegelisahan, bahkan mungkin sekali di masa kampanye akan terjadi bentrokan dna perkara-perkara yang tidak kita inginkan. Jelaslah, ulama tidak boleh diam, tapi wajib menyampaikan kebenaran Islam.
Ulama yang demikianlah patut menerima penghargaan yang tertinggi dan mulia yang diberikan oleh Islam. Karena jasa-jasa dan pengorbanannya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah selaku penyebar ajaran Al Qur’an kepada seluruh umat manusia. Betapa besar jasa para ulama itu dan betapa agung kepribadian mereka. Semoga ulama seperti ini segera bermunculan, biar kita semua selamat dunia maupun akhirat. Allahumma Amin Ya Mujiibas Saailiin!

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

ignorance makes me want to learn from the smallest

Hadist Pilihan

Rasulullah saw. juga bersabda: «مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ» Siapa saja yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah pasti akan membukakan baginya suatu jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat akan melebarkan sayap keridhaan bagi seorang pencari ilmu. Sesungguhnya seluruh makhluk yang ada di langit maupun yang ada di bumi hingga bahkan ikan-ikan di dasar lautan akan memintakan ampunan kepada Allah bagi seorang yang berilmu. Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dengan seorang ahli ibadah adalah laksana keutamaan cahaya bulan purnama pada malam hari atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya pula, orang-orang yang berilmu (para ulama) adalah pewaris para nabi, sementara para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambil ilmu, ia berarti telah mengambil bagian yang sangat besar. (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi)

  ©Design by extron_ton.