AHLAN WA SAHLAN

anda nyasar digubuk kami? jangan sungkan silahkan masuk dulu.

Sabtu, 12 September 2009

Ketegaran Ulama’ Menghadapi Penguasa

oleh : Hafidz Abdurrahman

Syaikh ‘Izzuddin ‘Abdussalam, terkenal dengan gelar Sulthan al-ulama’ (raja para ulama’), karena sikapnya. Imam as-Subki berkomentar tentang beliau, “Seorang ulama’ yang melakukan amar makruf dan mencegah kemunkaran pada zamannya.” Al-Kutaibi juga memberikan komentar, “Beliaulah ahli amar makruf dan nahi munkar. Beliau tidak pernah takut terhadap cacian siapapun orang yang mencacinya, semata karena Allah.” Ibn al-’Imad al-Hanbali berkomentar, “Selain dikenal zuhud, wara’ juga menegakkan kemakrufan dan mencegah kemunkaran.” Dari sinilah, Syaikh ‘Izzuddin mendapat gela sebagai Sulthan al-ulama’ (’Abdu al-’Aziz al-Badri, al-Islam Bain al-Ulama’ wa al-Hukkam, hal. 191).

Suatu ketika Syaikh ‘Izzuddin pernah ditanya oleh salah seorang muridnya, setelah beliau mengoreksi seorang penguasa, “Apakah Anda tidak takut kepadanya?” Maka, dengan lugas Syaikh ‘Izzuddin menjawabnya, “Demi Allah wahai anakku, aku sungguh telah menghadirkan keperkasaan Allah SWT (ke dalam kalbuku), maka penguasa itu di hadapanku, tak ubahnya seperti seekor kucing betina..” (Fauzi Sinnuqarth, at-Taqarrub Ila-Llah Thariq at-Taufiq, hal. 46).

Syaikh ‘Izzuddin hidup pada zaman penguasa Syam, Malik Shalih Ismail. Pada tahun 138 H, bekerjasama dengan kaum Salibis untuk memerangi saudaranya, Malik Shalih Najmuddin Ayyub. Dalam sebuah khutbahnya, Syaikh ‘Izzuddin menyatakan berlepas diri dari Malik Shalih Ismail. Akibatnya, beliau dicari dan hendak ditangkap. Pada saat seperti itu, para kolega beliau menyarankan untuk melarikan diri, tetapi beliau justru dengan tegas menyatakan, “Demi Allah, saya tidak akan lari.. Saya telah menyiapkan diri saya untuk menerima apa yang akan saya peroleh di jalan ini. Dan, Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan amal orang-orang yang bersabar.” (’Abdu al-’Aziz al-Badri, al-Islam Bain al-Ulama’ wa al-Hukkam, hal. 194)

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

ignorance makes me want to learn from the smallest

Hadist Pilihan

Rasulullah saw. juga bersabda: «مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ» Siapa saja yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah pasti akan membukakan baginya suatu jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat akan melebarkan sayap keridhaan bagi seorang pencari ilmu. Sesungguhnya seluruh makhluk yang ada di langit maupun yang ada di bumi hingga bahkan ikan-ikan di dasar lautan akan memintakan ampunan kepada Allah bagi seorang yang berilmu. Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dengan seorang ahli ibadah adalah laksana keutamaan cahaya bulan purnama pada malam hari atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya pula, orang-orang yang berilmu (para ulama) adalah pewaris para nabi, sementara para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambil ilmu, ia berarti telah mengambil bagian yang sangat besar. (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi)

  ©Design by extron_ton.